Want to see more topics?

07 November 2019

Apa itu Indigo? Bagaimana ciri-ciri seorang Anak Indigo?

~By: Ahmad Mu'Arif

mistergaje.blogspot.com
Requested by: Riku Dola
   Di keseharian kita di zaman ini, jarang sudah ditemui penampakan-penampakan sesosok roh, hantu dan sebagainya, meskipun tidak jarang para pemburu hantu menemukan mereka di tempat-tempat tertentu. Sedangkan ada golongan orang 'khusus' yang memiliki semacam kelaian, yang menyebabkan dirinya bisa melihat sosok-sosok dari 'alam sebelah', yang di beberapa tempat disebut "Alam Ghaib", "Alam Roh", "Alam Kedua", atau bahkan "Alam Sebelah" itu sendiri. Beberapa kasus juga mengatakan anak-anak ini memiliki kelebihan khusus yang terbilang spesial. Apakah mereka ini? Mereka disebut sebagai seorang Indigo, walau begitu seringkali orang-orang lebih menggunakan kata "Anak Indigo". Beberapa orang menyebut ini sebagai sebuah keistimewaan, bukan kelainan.

1. Apa itu Indigo?
   Anak Indigo atau Anak Nila, adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural. Konsep ini merupakan ilmu semu yang didasarkan pada gagasan Zaman Baru pada tahun 1970-an. Konsep ini mulai terkenal setelah diterbitkannya beberapa buku pada akhir tahun 1990-an dan dirilisnya beberapa film satu dasawarsa kemudian. Interpretasi mengenai indigo ada bermacam-macam: dari yang meyakini bahwa mereka adalah tahap evolusi manusia selanjutnya (yang bahkan mempunyai kemampuan paranormal seperti telepati) hingga yang menyebut anak indigo sebagai anak yang lebih empatik dan kreatif.

   Meskipun tidak ada satu bukti penelitian pun yang membuktikan keberadaan anak indigo atau sifat mereka, fenomena ini menarik perhatian orang tua yang anaknya didiagnosis mengalami kesulitan belajar atau yang ingin anaknya spesial. Kaum skeptik memandangnya sebagai cara orang tua menghindari penanganan pediatrik atau diagnosis psikiatrik yang tepat. Daftar sifat yang dimiliki anak indigo juga dikritik karena terlalu umum sehingga dapat diterapkan untuk hampir semua orang (efek Forer). Fenomena indigo dituduh pula sebagai alat untuk menambang uang dari orang tua yang mudah ditipu.

-

2. Asal-usul
   Konsep anak indigo pertama kali dikemukakan oleh cenayang Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Pada tahun 1982, Tappe menerbitkan buku Understanding Your Life Through Color (Memahami Hidup Anda Melalui Warna) yang menjelaskan bahwa semenjak pertengahan tahun 1960-an, ia mulai menyadari bahwa ada banyak anak yang lahir dengan aura "indigo" (dalam publikasi lain Tappe juga mengatakan bahwa warna indigo atau nila berasal dari "warna kehidupan" anak yang ia dapatkan melalui sinestesia). Gagasan ini kemudian dipopulerkan oleh buku yang berjudul The Indigo Children: The New Kids Have Arrived (Anak Indigo: Anak-anak Baru Telah Tiba) pada tahun 1998. Buku ini ditulis oleh Lee Carrol dan Jan Tober.

   Pada tahun 2002, konferensi internasional untuk anak indigo yang dihadiri oleh kurang lebih 600 orang diadakan di Hawaii. Konferensi pada tahun-tahun berikutnya diadakan di Florida dan Oregon. Beberapa film bertajuk indigo juga telah dibuat, seperti "Indigo" pada tahun 2003 yang disutradarai oleh James Twyman. Film mengenai indigo juga dirilis di Rusia pada tahun 2008.

   Dalam sebuah artikel di Nova Religio pada tahun 2009, Sarah W. Whedon pada tahun 2009 mengusulkan bahwa konstruksi sosial anak indigo merupakan tanggapan terhadap "krisis anak-anak Amerika" yang tampak dalam bentuk peningkatan kekerasan anak-anak dan diagnosis attentuon deficit disorder dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Whedon meyakini bahwa orang tua melabeli anak mereka sebagai "indigo" sebagai penjelasan alternatif bagi ADD dan ADHD anak mereka.

   Istilah indigo berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Warna ini merupakan kombinasi warna biru dengan ungu. Warna-warna tersebut diidentifikasi lewat cakra di tubuh. "Letak indigo ada di kening, persisnya antara cakra leher yang berwarna biru dengan cakra puncak kepala yang berwarna ungu,"

-

3. Bagaimana Ciri-ciri mereka?
- Empatik, penuh rasa ingin tahu, berkeinginan kuat, independen, dan sering dianggap aneh oleh teman dan keluarga
- Mengenal dirinya dan memiliki tujuan yang jelas
- Memiliki spiritualitas di bawah sadar yang kuat semenjak kecil
- Meyakini bahwa dirinya layak untuk berada di dunia.
- Memiliki IQ yang tinggi, mempunyai kemampuan intuitif, dan
- Sering menolak mengikuti aturan atau petunjuk.

   Menurut Tober dan Carroll, anak indigo mungkin tidak memiliki performa yang baik di sekolah karena menolak mengikuti aturan, lebih pintar (atau lebih matang secara spiritual) dari guru mereka, dan kurang tanggap terhadap disiplin yang didasarkan pada rasa bersalah, ketakutan atau manipulasi.

   Suka berbicara sendiri Dapat melihat masa lalu dan masa depan Cenderung lebih matang dari usianya (dapat menangkap perasaan, kemauan dan pikiran orang lain) Kecerdasan di atas rata-rata: mampu melakukan hal-hal yang bahkan belum pernah dipelajari sebelumnya.

   Namun ada ciri spesifik yang harus dipastikan dalam menentukan apakah individu tsb indigo atau tidak, yakni: Memiliki aura berwarna nila (berdasarkan hasil foto aura) Memiliki kemampuan spiritual bawaan: mengetahui sesuatu yang berada di luar kemampuan sensorinya (ESP: Extra Sensory Perception)
   Anak indigo biasanya banyak bertanya, dan orangtuanya akan kewalahan menjawab. Umpamanya, kenapa harus begini, kenapa harus begitu. Dia akan merasa heran untuk beberapa hal, yang dirasa tak masuk akal. Seringkali bersikap non-kompromistis terhadap segala sesuatu yang dinilainya bersifat pemaksaan Disebabkan ada ciri spesifik yang harus dipastikan.

-

4. Apa kaitannya Indigo dengan attention-deficit hyperactivity disorder?
   Banyak anak yang dilabeli indigo didiagnosis mengidap attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan buku Tober dan Carroll yang berjudul "The Indigo Children" sendiri menghubungkan konsep indigo dengan diagnosis ADHD. Robert Todd Carroll menyatakan bahwa pelabelan anak-anak sebagai indigo merupakan alternatif dari diagnosis yang seolah menunjukkan ketidaksempurnaan, kecacatan atau penyakit kejiwaan.
   Setelah menghubungkan konsep anak indigo dengan ketakutan terhadap penggunaan Ritalin untuk mengontrol ADHD, Carroll berpendapat bahwa ketakutan akan penggunaan Ritalin telah memperkeruh suasana, dan berdasarkan pilihan yang ada, tentu adalah sesuatu yang masuk akal apabila orang tua lebih memilih meyakini bahwa anak mereka itu spesial dan terpilih untuk misi yang penting daripada menerima kenyataan bahwa anak mereka mengidap penyakit kejiwaan.

   Stephen Hinshaw, profesor psikologi di Universitas California, Berkeley, menyatakan bahwa ketakutan akan kelebihan pengobatan terhadap anak itu masuk akal, namun anak berbakat yang didiagnosis ADHD dapat belajar lebih baik dengan lebih banyak struktur, bahkan jika struktur tersebut awalnya mengakibatkan kesulitan. Banyak anak yang dilabeli indigo telah dimasukkan ke sekolah rumah.

-

5. Tambahan
• Istilah Indigo tidak terdapat pada DSM IV (Diagnostic N Statistical Manual for Mental Disorder), ataupun ICD-10 (Psikiatri). SHg Indigo tidak dapat dianggap sbg ‘penyakit’

   Maka harus dapat dibedakan antara indigo dengan kriteria-kriteria lain, seperti:

• Jika salah satu ciri indigo adalah Suka berbicara sendiri, hal ini tidak berarti bahwa anak indigo sama dengan Autisme, pun bukan childhood onset of schizophrenia

• Jika salah satu ciri indigo adalah Aktif dan cenderung ‘tidak bisa diam’, pemberontak. Hal ini tidak berarti bahwa anak indigo sama dengan Hiperaktif atau ADHD

• Jika salah satu ciri indigo adalah Cerdas, dapat mengerjakan berbagai hal yang belum pernah diajarkan. Hal ini tidak serta merta menjadikan anak indigo ke dalam kriteria anak-anak Gifted or Talented.

   Nah, kira-kira demikian penjelasan singkatnya. Kemudian, yang menarik untuk dipaparkan dalam forum diskusi ini adalah terkait bukti-bukti, bahwa terdapat dilema yang terjadi pada diri individu indigo:

• Secara Kognisi: ada ‘jarak’ antara kemampuan intuisinya yang luar biasa dalam hal mempersepsikan dunia – dengan – ‘pengalaman pahit’ yang harus dialaminya atas ketidakadilan yang ditemui/dirasakan dari lingkungannya. Hal ini menimbulkan ‘rasa sakit’ dan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya sendiri, merasa ‘tidak utuh’ (Un-Fullness).

• Disebabkan sering berfikir tentang hal-hal yang berada di luar kewajaran, terkadang anak indigo menjadi sakit secara fisik >> lantas menjadi tertekan, represi ke alam mimpi >> terjadi mimpi buruk >> kemudian timbul reaksi-reaksi fisiologis yang tidak sehat

• Selain itu, dengan kelebihan yang dimiliki, cenderung membuat anak menjadi tidak realistis dan malas. "Kalau mereka konsentrasi dengan memusatkan energi, mereka bisa membayangkan soal-soal yang akan keluar dalam ujian. Ini bisa membuat mereka jadi malas belajar."

   Lantas, apa yang bisa kita lakukan terhadap mereka?

• After-school programs: Mengulang pelajaran di sekolah, secara individual. Utamanya bagi mereka-mereka yang tidak bisa melibatkan diri dalam proses KBM di sekolah.

   Konseling individual terkait dengan kesulitan-kesulitan yang ditemui selama di sekolah, juga dapat dilakukan.

• Konseling: Pendekatan kognitif, ditekankan pada aspek pengalaman-pengalaman spiritual atau ‘pengalaman ajaib’ yang dialaminya. Sebab, mereka sering merasa tidak berada di bumi (‘out of place in this world’)

• Medication: ada dugaan bahwa dalam sistem limbik otak, terutama neurotransmiternya, terganggu.

• Dirikan semacam perkumpulan bagi para indigo yang ‘petualang spiritual’: sebagai tempat berdiskusi, belajar bersama, dan sharing ide-ide atau sebagai tempat ‘penyembuhan diri’ (healing)

• Memfasilitasi ‘proses teurapeutic’ bagi anak, utamanya terkait dengan kemampuan spiritual si anak, sehingga potensi-potensi luar biasa yang dimiliki oleh anak indigo ini dapat mengarahkan perilaku-perilakunya pada hal-hal positif saja.

• Jembatani ‘jurang’ yang dimiliki anak indigo. ‘Jurang’ ini berupa: kemampuannya mempersepsikan dunia secara intuitif dan ‘luar biasa’, namun di sisi lain mereka juga merasakan ‘sakit’ dan ‘pahit’ akibat banyaknya ketidakadilan/ketidakberesan dari dunia di sekitar mereka. Proses ‘healing’ (pen-jembatan-an) ini akan secara perlahan mengurangi (bahkan menghilangkan) ‘rasa sakit’ atau ‘rasa tidak nyaman’ anak indigo terhadap kemampuan yang mereka miliki. Serta izinkan anak-anak ini memiliki ‘ruang’ bagi hidupnya, agar bermakna dan memiliki tujuan yang positif.

• Kekuatan yang mereka miliki agar bisa diarahkan ke hal-hal yang positif (kemanusiaan, misal: u/ penyembuhan, pengambilan keputusan penting di masa depan, dll). FYI, di Amerika, individu-individu indigo 'dimanfaatkan' untuk membantu negara.

• Penting untuk diingat: agar tidak mengkomersialisasikan anak indigo ini dalam bentuk apapun, guna mencegah beban psikologis dan beban sosial pada diri anak.

• Untuk mengurangi ‘ketersiksaan’ anak atas kelebihan yang dimilikinya, terkadang penting pula untuk "menormalkan" anak-anak berdaya lebih ini. Dapat dilakukan dengan cara “menumpulkan" kemampuan si anak: orang tua dapat memberi pengertian bahwa apa yang diketahui si anak itu semata-mata faktor kebetulan.

   Last, Anak-anak indigo pada dasarnya seumur hidup akan indigo terus (berkembang menjadi 'indigo dewasa'). Di usia anak-anak, mereka kerap "berontak". Tapi ketika dewasa, karena sudah bisa menyesuaikan diri, sikap pemberontakannya berkurang.

   “Pendampingan" terhadap anak indigo sangat diutamakan, agar mereka bisa tumbuh secara wajar.

   Contoh pada indigo dewasa yang sering ditemui, ternyata saat ditanyakan 'apakah capek dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya? dan apakah ingin menghilangkannya?' Jawabannya adalah 'YA! Tapi mau bagaimana lagi, ya dijalani saja' ---

   “Seorang anak harus tahu bahwa ia adalah keajaiban, sebuah mukjizat yang belum pernah ada sejak kejadian bumi, dan sampai akhir zaman bahwa takkan ada anak lain yang seperti ia.”

Sumber: Wikipedia, Kompasiana, etc

🔸🔹🔶🔷🔰🔷🔶🔹🔸


Kunjungi Mr. Gaje di Facebook:

0 komentar

Post a Comment

Motto:

"Jangan berharap lebih, jika tidak berusaha lebih." ~Gray